Senin, 06 Januari 2014

Pendakian Gn.Sumbing 02 Februari 2013






Gunung Sumbing adalah  gunung yang terletak di Jawa tengah, Indonesia. Tegak setinggi 3.371 meter, gunung ini terletak di tiga kabupaten yakni Kabupaten Magelang, Temanggung dan Wonosobo.

Pendakian ini merupakan pendakian pertama kali dan merupakan awal mulanya Chandradimuka terbentuk.Kami hanya mengikuti ajakan salah seorang teman kami yang sudah lumayan sering mendaki.Kami mulai persiapan dan berangkat dari Banjarnegara sekitar pukul 16.30 WIB. Anggota kelompok kami berjumlah 11 orang yaitu, Malik,Zulfikar,Amin, Rifqo,Afif, Ilmi, Ungki, Om Heru, Adi, Satria dan Toyib.

Packing barang kedalam kendaraan

Kami memilih jalur Garung yang terletak di dusun Garung desa butuh, Wonosobo.Karena jalur tersebut relative lebih cepat dibanding dengan jalur lainya. Kami sampai di basecamp sekitar pukul 18.30 WIB, kami beristirahat beberapa jam setelah lelah berkendara. Sembari beristira
hat kami melakukan briefing untuk mematangkan persiapan.

Suasana briefing sebelum pendakian

 Waktu menunjukan pukul 20.00 WIB, kami bersiap

untuk memulai pendakian.Setelah semua anggota kelompok mempacking ulang bawaan mereka masing-masing, kami bersiap untuk berangkat.

Foto bersama di depan basecamp

Sebelumnya kami mengira bahwa yang namanya naik gunung itu hanya seperti jalan-jalan biasa, rekreasi, tapi setelah berjalan beberapa ratus meter dengan medan sedemikian rupa baru kami bisa merasakan betapa beratnya perjalanan di atas gunung,maklum baru pemula. Setelah 2 jam perjalanan, akhirnya kami sampai di POS 1 atau yang biasa disebut POS MALIM. Kami hemat waktu 1 jam karena kami menggunakan tempo perjalanan cepat. Di POS MALIM kami beristirahat, melepas lelah dan dingin dengan menyeduh kopi yang kami bawa. Kami juga memasak mie instan untuk mengisi perut yang mulai kroncongan.

Masak dulu biar unyu... :)

Setelah cukup beristirahat tepat pukul 22.30  kami melanjutkan perjalanan menuju POS II atau Genus. Perjalanan kami menempuh waktu 1 jam dari Pos Malim tadi. Karena waktu mulai larut, kami memutuskan untuk tidak beristirahat dan melanjutkan perjalanan. Hingga akhirnya pada pukul 00.30 kami sampai di POS III yaitu Pos Sedlupak Roto. Kami memutuskan untuk bermalam di Pos ini karena kondisi fisik anggota sudah mulai menurun. Karena baru pertama kali, kami tidak membawa peralatan tidur yang semestinya, kami hanya beralaskan mantel hujan dan memakai sarung untuk selimut tanpa menggunakan Tenda/dome.
Tidur seadanya di Sedlupak  Roto

Lanjut ke Pos berikutnya, kami bangun dan memulai perjalanan pada pukul 02.30, kami melanjutkan dengan 6 anggota karena 3 anggota mengalami hipothermia ringan dan kelelahan sehingga tidak sanggup untuk melanjutkan perjalanan. Sedangkan 2 anggota lainya menemani 3 anggota tersebut dan memberikan perawatan. Sepuluh menit adalah waktu yang kami butuhkan untuk sampai di Pestan.
Pestan merupakan camp yang mampu menampung cukup banyak dome, namun tidak disarankan membangun dome di sini karena pelataran luas tanpa pohon atau penghalang lainya ini berbahaya jika terjadi badai.
 PESTAN  (2473 mdpl)

 25 menit kami merayapi pestan hingga kita sampai di pasar watu. Seperti namanya, jalur pasar watu didominasi dengan batu-batu dengan ukuran yang lumayan. Dari pasar watu kami melanjutkan perjalanan ke, pos berikutnya yaitu watu kotak, merupakan pos terakhir sebelum puncak. Kami beriostirahat selama 30 menit di watu kotak. Perjalanan berikutnya adalah summit attack, dalam perjalanan tersebut kita akan melewati sebuah jalur yang bernama tanah putih. 45 menit perjalanan dan PUNCAK tepat di bawah pijakanku tepat pukul 05.30 WIB. Sumbing memiliki 2 puncak, yang pertama adalah puncak buntu, dan yang kedua merupakan titik tertinggi gunung sumbing yaitu puncak kawah. Kami hanya sampai di puncak buntu karena jalur menuju puncak kawah membutuhkan alat bantu wall climbing. Tetapi kami tetap puas dengan view yang kami lihat dari puncak buntu. Cukup untuk mengganti lelah selama perjalanan. Berikut beberapa gambar dari puncak buntu.

                                          Generasi penerus INDONESIA,,haha :)









Setelah puas melepas lelah dan menikmati keindahan alam dari puncak sumbing, kami memutuskan untuk turun kembali ke basecamp.  Kami pulang melalui jalur yang sama ketika kita naik. Tapi empat anggota kami menghilang ketika mereka turun dari puncak, mereka adalah, Malik, Zulfikar, Adi dan Om Heru. Kami sempat panik karena kejadian tersebut. Untuk berjaga-jaga, semua anggota yang ada tetap kembali ke basecamp dan berusaha mencari sinyal agar bisa menghubungi empat anggota tersebut. Setelah 5 jam peerjalanan, akhirnya kami sampai di basecamp. Tetapi empat anggota kami belum ada di basecamp. Kami mencoba menghubungi mereka tetapi hp mereka tidak ada yang aktif. Kami berniat  mencari mereka, jika setengah jam mereka belum sampai. Setelah setengah jam dan kami berniat mencari mereka, tiba-tiba mereka terlihat berjalan menuju basecamp. Akhirnya kekhawatiran kami selesai dengan tibanya mereka di basecamp. Kemudian mereka bercerita tentang kenapa mereka bisa terpisah. Ternyata mereka salah memilih jalan di persimpangan daerah pestan yang merupakan pertemuan antara jalur baru dan jalur lama. Mereka turun dari puncak dengan banyolan-banyolan nggak jelas sehingga konsentrasi mereka terhadap jalan yang mereka lalui hilang. Awalnya mereka juga takut jika mereka nyasar, tapi kemudian mereka yakin bahwa jalur yang mereka lewati merupakan jalan yang benar. Dengan prinsip konyol mereka yaitu "Mau nyasar atau enggak, yang jelas kalo turun gunung ya pilih jalan yang turun kebawah", prinsip gila tetapi itulah yang membuat mereka tetap berfikir positif. Itulah yang harus dimiliki bagi semua pendaki, bahwa dalam keadaan apapun kita di atas sana, kita harus selalu berfikir positif agar bisa terus berfikir jernih untuk menyelesaikannya. Empat anggota kami ternyata melewati jalur baru, di jalur tersebut mereka melewati sebuah mata air yang cukup deras, berikut foto-foto mereka.

Karena persediaan logistik mereka telah habis, mereka meminum air tersebut dan mengisi botol mereka. Walaupun ketika baca di internet bahwa air tersebut tidak layak minum, mereka tetap meminum air tersebut. Kembali dengan prinsip gila mereka bahwa "Kalo haus, minum apa yang bisa diminum. Kalo lapar, makan apa yang bisa dimakan". Kemudian mereka melanjutkan perjalanan pulang mereka dan melewati kebun warga, rasa lapar yang tidak bisa mereka tahan membuat mereka mengais-ngais sisa-sisa hasil panen warga yang berupa wortel dan umbi. Ketika mereka medapatkan umbi ataupun wortel, mereka langsung memakan apa yang mereka dapat tanpa mencucinya, sesuai dengan prinsip mereka diatas. Hingga akhirnya menemukan jalan berbatu yang artinya mereka telah sampai di pedesaan.

Itulah kisah perjalanan kami dalam pendakian pertama kita ke sebuah gunung yang kebetulan itu adalah Gunung Sumbing. Semoga kisah kami dapat bermanfaat bagi teman-teman. Terimakasih. :-)



4 komentar:

Postingan Lainya